Jumat, 19 Desember 2008

Tugu Monumen LP Anak Tangerang

Menelusuri Sejarah Tugu Monumen LP Anak Wanita, Kota Tangerang
Dibangun Saudagar Arab, Berfungsi Sebagai Lonceng

Tugu Monumen LP Anak Wanita yang terletak di Jalan Daan Mogot, Kota Tangerang, merupakan satu dari sekian situs sejarah yang masih tersisa di Tangerang. Banyak versi cerita yang beredar akan fungsi monumen ini pada zaman dahulu. Seperti apa kondisinya?

M Deden Budiman – Daan Mogot

Dengan tinggi sekitar 10 meter, Monumen LP Anak Wanita terlihat berdiri kokoh di tengah halaman LP yang cukup luas. Meski di prasasti ditulis bangunan tersebut dibangun pada tahun 1877, namun secara umum kondisi bangunan ini cukup terawat. Catnya yang warna putih juga masih cerah, menunjukkan sering diganti. Begitu juga dengan rumput yang ada di sekelilingnya pun terpotong rapi.
Hingga sekarang, belum ada keterangan pasti yang menyebutkan fungsi monumen ini sebenarnya pada zaman dulu. Sebagian masyarakat yang tinggal tidak jauh dari lokasi itu mengatakan, bahwa fungsi monumen itu adalah sebagai tempat mengeksekusi mati narapidana yang membangkang pada VOC. Namun, sebagian masyarakat lagi mengatakan bahwa tugu itu awalnya adalah sebuah lonceng sebuah perkebunan tebu.
Menurut Abdul Gani (91), tokoh masyarakat Tanah Tinggi tugu tersebut dulunya dibangun oleh Wan Kalar (sekitar abad 16-17), seorang sudagar dari Baghdad, Irak. Pada saat itu, Wan Kalar adalah seorang pemilik perkebunan tebu. Pabrik penggilingan tebu sendiri adalah bangunan LP yang sekarang.
Dari cerita yang diperolehnya secara turun temurun, kata Abdul Gani, lonceng itu dibunyikan tiga kali sehari. Lonceng pertama dibunyikan untuk menandakan waktu masuk kerja, kemudian lonceng kedua menandakan waktu istirahat dan lonceng ketiga dibunyikan sebagai pertanda pegawai pulang.
"Bahkan menurut cerita kalau lonceng dibunyikan suaranya bisa terdengar sampai radius satu kilo. Bunyinya sangat nyaring,"kata Abdul Gani, Kamis (18/12).
Tentang kabar yang menyebutkan fungsi tugu itu sebagai tempat eksekusi mati para narapidana pada zaman VOC dibantah oleh Abdul Gani. Yang benar kata dia, pada saat itu Wan Kalar bekerjasama dengan VOC dalam mengelola perusahaan tebu.
"VOC ketika itu yang bertindak sebagai pembeli gula yang dihasilkan Wan Kalar,"katanya.
Sebagai bukti bahwa tempat itu dulunya adalah pabrik pengolahan tebu, Abdul Gani merujuk adanya makan Wan Kalar yang letaknya di samping tugu. Sampai saat ini kondisi makam tersebut kurang terawat. Disamping makam Wan Kalar juga terdapat satu makam lagi yang diduga makan istrinya.
Setelah Indonesia merdeka, lanjut Abdul Gani, fungsi bangunan tersebut diubah menjadi Akademi Militer Nasional (AMN) yang pertama. Sebagai Kepala AMN ketika itu adalah Mayor Daan Mogot yang kemudian namanya dibadikan menjadi nama salah satu jalan utama di Tangerang. Sedangkan fungsi tugu tersebut juga masih tetap dipertahankan sebagai lonceng yang dibunyikan setiap satu jam sekali.
"Kalau malam bunyinya sangat nyaring,"kata Abdul Gani.
Namun, setelah gedung tersebut dialihfungsikan menjadi LP sekitar tahun 1950-an lonceng yang terdapat di monumen tersebut hilang. “Saya sendiri sampai saat ini tidak tahu keberadaan loncengnya, padahal lonceng yang terdapat dalam monumen tersebut memiliki makna yang dalam,” jelasnya. (***)

Tidak ada komentar: